Contoh Surat Pernyataan Pondok Pesantren: Panduan Lengkap & Mudah!

Table of Contents

Memasuki lingkungan pondok pesantren seringkali membutuhkan berbagai dokumen administratif. Salah satu yang penting adalah surat pernyataan. Surat ini bukan sekadar formalitas, tapi bentuk komitmen tertulis dari calon santri atau orang tua/wali terhadap aturan dan nilai-nilai yang berlaku di pesantren.

Surat pernyataan pondok pesantren fungsinya bisa macam-macam. Ada yang untuk menyatakan kesediaan menaati seluruh peraturan, ada yang untuk menyatakan tidak akan melakukan pelanggaran tertentu, atau bahkan surat pernyataan untuk hal-hal spesifik lain terkait proses belajar mengajar atau kegiatan di asrama. Intinya, surat ini jadi bukti hitam di atas putih bahwa pihak yang bersangkutan paham dan setuju dengan konsekuensi dari tinggal atau belajar di sana.

Kenapa sih pesantren butuh surat pernyataan? Pertama, ini soal disiplin. Pesantren itu punya sistem dan aturan yang ketat, tujuannya mendidik santri jadi pribadi yang berakhlak mulia dan taat. Dengan adanya surat pernyataan, santri dan orang tua/wali secara sadar menyatakan kesediaan untuk patuh. Kedua, ini soal tanggung jawab. Baik santri maupun pesantren punya tanggung jawab masing-masing. Surat ini memperjelas batasan dan harapan dari kedua belah pihak.

Ketiga, surat pernyataan ini juga jadi dasar hukum atau rujukan jika terjadi sesuatu di kemudian hari. Misalnya, jika ada pelanggaran berat, surat ini bisa menjadi salah satu bukti bahwa santri atau orang tua/wali sudah diberitahu dan setuju dengan konsekuensi yang ada. Jadi, surat ini penting banget lho dalam menjaga ketertiban dan kelancaran proses pendidikan di pesantren.

Bagian-bagian Umum dalam Surat Pernyataan Pondok Pesantren

Meskipun isinya bisa bervariasi, ada beberapa bagian umum yang seringkali ada dalam surat pernyataan untuk keperluan pondok pesantren. Mengetahui bagian-bagian ini akan memudahkan kita saat menyusun atau memahami surat tersebut.

Biasanya, surat pernyataan mencakup hal-hal berikut:

  1. Judul Surat: Jelas menyatakan jenis suratnya, misalnya “Surat Pernyataan Santri” atau “Surat Pernyataan Orang Tua/Wali”.
  2. Identitas Pihak yang Menyatakan: Data diri lengkap pihak yang membuat pernyataan. Kalau santri, ya data diri santri. Kalau orang tua/wali, data diri orang tua/wali dan juga data santrinya.
  3. Isi Pernyataan: Ini bagian intinya. Berisi poin-poin yang dinyatakan atau disanggupi. Misalnya, kesanggupan menaati peraturan, kesanggupan membayar biaya, atau pernyataan tidak akan merokok/menggunakan gadget secara ilegal.
  4. Konsekuensi: Biasanya dicantumkan konsekuensi jika pernyataan tersebut dilanggar. Ini bisa berupa sanksi ringan, berat, hingga dikeluarkan dari pesantren.
  5. Penutup: Kalimat penutup yang menyatakan bahwa pernyataan dibuat dengan sadar, tanpa paksaan, dan siap menanggung risikonya.
  6. Tempat dan Tanggal Pembuatan: Menunjukkan kapan dan di mana surat itu dibuat.
  7. Tanda Tangan: Tanda tangan pihak yang membuat pernyataan, biasanya di atas nama lengkap. Kadang juga dibubuhi meterai untuk kekuatan hukum lebih.

Nah, sekarang kita lihat beberapa contoh spesifiknya biar makin jelas.

Contoh Surat Pernyataan (Skema Umum Penerimaan Santri Baru)

Contoh ini adalah surat pernyataan yang umum digunakan saat pendaftaran atau penerimaan santri baru. Fokusnya adalah kesanggupan untuk menaati peraturan pesantren secara umum.

                     SURAT PERNYATAAN
                  KESANGGUPAN MENAATI PERATURAN
               PONDOK PESANTREN [Nama Pondok Pesantren]

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Lengkap        : [Nama Lengkap Santri]
Nomor Induk Santri  : [Jika Sudah Ada, Kosongkan Jika Belum]
Tempat, Tanggal Lahir: [Tempat, Tanggal Lahir Santri]
Alamat Lengkap      : [Alamat Santri Saat Ini]
Nomor Telepon       : [Nomor Telepon Santri/Wali yang Mudah Dihubungi]

Adalah calon santri/santriwati di Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren].

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya:

1.  Akan senantiasa menjaga nama baik Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren] di manapun saya berada.
2.  Akan menaati, melaksanakan, dan mematuhi seluruh peraturan dan tata tertib yang berlaku di Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren] beserta seluruh sanksi atas pelanggarannya.
3.  Akan menghormati seluruh Asatidz/Asatidzah, Pengurus, dan karyawan Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren].
4.  Akan menjaga kebersihan, kerapian, dan keamanan lingkungan pondok pesantren.
5.  Akan mengikuti seluruh kegiatan wajib yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren].
6.  Tidak akan melakukan tindakan kriminal, menggunakan narkoba, merokok, atau tindakan asusila lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan peraturan pesantren.
7.  Siap menerima sanksi berupa peringatan, skorsing, hingga dikeluarkan dari pondok pesantren apabila terbukti melanggar pernyataan ini dan peraturan yang berlaku.

Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar, tanpa paksaan dari pihak manapun, serta siap menerima segala konsekuensi hukum dan administratif apabila di kemudian hari terbukti melanggar pernyataan ini.

[Tempat Pembuatan], [Tanggal] [Bulan] [Tahun]

Yang Membuat Pernyataan,

[Meterai 10.000 jika diperlukan]

[Nama Lengkap Santri]
[Tanda Tangan Santri]

Mengetahui/Menyetujui
Orang Tua/Wali Santri

[Nama Lengkap Orang Tua/Wali]
[Tanda Tangan Orang Tua/Wali]

Penjelasan Bagian per Bagian:

  • Judul: Jelas, langsung memberitahu ini surat apa.
  • Identitas: Penting untuk memastikan siapa yang membuat pernyataan. Data harus akurat.
  • Isi Pernyataan (Poin 1-6): Ini inti dari komitmen. Biasanya mencakup poin-poin krusial seperti ketaatan pada aturan umum, penghormatan, menjaga lingkungan, mengikuti kegiatan, dan larangan keras terhadap hal-hal negatif. Poin-poin ini bisa berbeda antar pesantren, disesuaikan dengan fokus dan peraturannya.
  • Konsekuensi (Poin 7): Ini bagian yang menegaskan bahwa ada sanksi jika pernyataan ini dilanggar. Penyebutan sanksi di awal penting agar tidak ada alasan “tidak tahu” nanti.
  • Penutup: Kalimat standar yang menegaskan kesadaran dan kesiapan menanggung risiko.
  • Tempat, Tanggal, Tanda Tangan: Formalitas yang menunjukkan keabsahan surat. Tanda tangan di atas nama lengkap wajib ada. Meterai seringkali diminta untuk memperkuat surat ini secara hukum, menunjukkan bahwa pihak yang bertanda tangan benar-benar memahami dan setuju. Keterlibatan orang tua/wali (mengetahui/menyetujui) sangat penting, terutama jika santri masih di bawah umur.

Surat pernyataan semacam ini biasanya diserahkan saat proses pendaftaran ulang atau hari pertama masuk pesantren. Pihak pesantren akan menyimpannya sebagai arsip.

contoh surat pernyataan pondok pesantren umum
Image just for illustration

Contoh Surat Pernyataan (Skema Kepatuhan Peraturan Spesifik)

Kadang, ada pesantren yang membutuhkan surat pernyataan tambahan untuk hal-hal yang sangat spesifik atau dianggap sangat penting. Misalnya, larangan membawa gadget (HP), larangan merokok di area pesantren, atau kesanggupan mengikuti program tertentu (misalnya, hafalan Al-Qur’an). Berikut contohnya:

                     SURAT PERNYATAAN
                    TIDAK MEMBAWA GADGET/HP
               PONDOK PESANTREN [Nama Pondok Pesantren]

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Lengkap        : [Nama Lengkap Santri]
Nomor Induk Santri  : [Jika Sudah Ada, Kosongkan Jika Belum]
Alamat Lengkap      : [Alamat Santri Saat Ini]

dengan diketahui dan disetujui oleh Orang Tua/Wali saya:

Nama Lengkap Orang Tua/Wali: [Nama Lengkap Orang Tua/Wali]
Nomor Telepon Orang Tua/Wali: [Nomor Telepon Orang Tua/Wali]
Alamat Orang Tua/Wali : [Alamat Orang Tua/Wali]

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya adalah santri/santriwati di Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren] dan:

1.  Saya memahami bahwa Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren] memiliki peraturan ketat terkait penggunaan dan kepemilikan alat komunikasi elektronik (gadget/HP) di lingkungan pesantren.
2.  Saya menyatakan tidak akan membawa, menyimpan, atau menggunakan gadget/HP dalam bentuk apapun tanpa izin khusus dari pihak pesantren, kecuali pada waktu dan tempat yang telah ditentukan (jika ada kebijakan khusus).
3.  Saya memahami bahwa komunikasi dengan keluarga dilakukan melalui fasilitas yang disediakan pesantren atau pada waktu dan mekanisme yang diizinkan.
4.  Saya siap dan bersedia menerima sanksi yang diberikan oleh pihak pesantren, termasuk namun tidak terbatas pada penyitaan gadget/HP, skorsing, hingga dikeluarkannya saya dari pesantren apabila terbukti melanggar pernyataan ini.
5.  Segala risiko yang timbul akibat kepemilikan atau penggunaan gadget/HP secara ilegal di lingkungan pesantren menjadi tanggung jawab pribadi saya sepenuhnya.

Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar, tanpa paksaan, dan siap menanggung segala konsekuensinya.

[Tempat Pembuatan], [Tanggal] [Bulan] [Tahun]

Yang Membuat Pernyataan,

[Meterai 10.000 jika diperlukan]

[Nama Lengkap Santri]
[Tanda Tangan Santri]

Mengetahui/Menyetujui
Orang Tua/Wali Santri

[Nama Lengkap Orang Tua/Wali]
[Tanda Tangan Orang Tua/Wali]

Penjelasan Tambahan:

Contoh ini lebih spesifik pada satu aturan: larangan gadget. Formatnya mirip, tapi isi pernyataannya lebih fokus. Ini menunjukkan bahwa surat pernyataan bisa disesuaikan dengan kebutuhan pesantren. Beberapa pesantren memang sangat ketat soal penggunaan teknologi untuk menjaga fokus santri pada pelajaran dan ibadah. Adanya surat pernyataan spesifik ini menekankan betapa pentingnya aturan tersebut.

Fakta Menarik: Beberapa pesantren salaf atau tradisional bahkan melarang total gadget dan televisi. Mereka percaya bahwa distraksi dari dunia luar bisa mengganggu konsentrasi santri dalam menuntut ilmu agama. Surat pernyataan seperti di atas menjadi alat untuk menegakkan aturan ini sejak awal.

Contoh Surat Pernyataan (Skema Pengunduran Diri Santri)

Tidak semua surat pernyataan dibuat saat masuk. Ada juga surat pernyataan yang diperlukan saat santri keluar dari pesantren, misalnya karena alasan pindah sekolah, keluarga, atau tidak sanggup mengikuti aturan. Surat pernyataan pengunduran diri ini penting untuk administrasi pesantren dan juga sebagai bukti bahwa santri/orang tua yang memutuskan keluar secara sukarela, bukan dikeluarkan.

                     SURAT PERNYATAAN
                     PENGUNDURAN DIRI SANTRI
               PONDOK PESANTREN [Nama Pondok Pesantren]

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Lengkap Orang Tua/Wali: [Nama Lengkap Orang Tua/Wali]
Nomor Induk Kependudukan (NIK): [NIK Orang Tua/Wali]
Alamat Lengkap      : [Alamat Orang Tua/Wali]
Nomor Telepon       : [Nomor Telepon Orang Tua/Wali]

Adalah orang tua/wali dari santri/santriwati:

Nama Lengkap Santri : [Nama Lengkap Santri]
Nomor Induk Santri  : [Nomor Induk Santri]
Kelas/Tingkat       : [Kelas/Tingkat Santri Saat Ini]

Dengan ini menyatakan bahwa saya selaku orang tua/wali dari santri/santriwati tersebut di atas:

1.  Memutuskan untuk mengajukan pengunduran diri santri/santriwati atas nama [Nama Lengkap Santri] dari Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren] terhitung mulai tanggal [Tanggal Efektif Pengunduran Diri].
2.  Alasan pengunduran diri ini adalah [Sebutkan Alasan Secara Ringkas dan Jelas, Contoh: mengikuti kepindahan orang tua ke luar kota, alasan kesehatan, alasan keluarga lainnya, dll.].
3.  Saya memahami bahwa dengan pengunduran diri ini, segala hak dan kewajiban santri/santriwati atas nama [Nama Lengkap Santri] sebagai santri di Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren] dinyatakan berakhir.
4.  Saya menyatakan bahwa pengunduran diri ini adalah murni atas keputusan saya/keluarga dan tidak ada paksaan dari pihak Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren].
5.  Saya bersedia menyelesaikan segala kewajiban administratif dan keuangan yang belum terselesaikan terkait dengan status santri/santriwati atas nama [Nama Lengkap Santri] di Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren].
6.  Saya bertanggung jawab penuh atas pendidikan dan pengasuhan santri/santriwati atas nama [Nama Lengkap Santri] setelah keluar dari Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren].

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dalam keadaan sadar.

[Tempat Pembuatan], [Tanggal] [Bulan] [Tahun]

Yang Membuat Pernyataan,

[Meterai 10.000 jika diperlukan]

[Nama Lengkap Orang Tua/Wali]
[Tanda Tangan Orang Tua/Wali]

Mengetahui,
Pihak Pondok Pesantren [Nama Pondok Pesantren]

[Nama Pihak Pesantren, Contoh: Direktur/Kepala Bagian Santri]
[Jabatan]
[Tanda Tangan Pihak Pesantren]

Penjelasan dan Perbedaan:

Berbeda dengan dua contoh sebelumnya, surat pernyataan ini dibuat oleh orang tua/wali, bukan santri (meskipun kadang santri juga ikut tanda tangan). Ini karena keputusan mengeluarkan santri dari pesantren biasanya ada di tangan orang tua/wali. Poin-poinnya pun berbeda, fokus pada keputusan pengunduran diri, alasan, berakhirnya status santri, dan tanggung jawab selanjutnya. Ada juga bagian untuk ditandatangani oleh pihak pesantren sebagai bukti bahwa pesantren mengetahui dan menerima permohonan pengunduran diri ini.

Tips Menulis dan Menggunakan Surat Pernyataan

Menulis atau mengisi surat pernyataan itu gampang-gampang susah. Biar suratnya sah dan nggak ada masalah di kemudian hari, perhatikan tips ini:

  • Baca Baik-baik: Sebelum tanda tangan, PASTIKAN kamu atau orang tuamu membaca seluruh isi surat dengan teliti. Jangan sampai ada poin yang terlewat atau tidak dipahami.
  • Pahami Konsekuensinya: Surat pernyataan pasti ada bagian sanksi atau konsekuensinya. Pahami betul apa yang akan terjadi jika pernyataan itu dilanggar.
  • Isi Data dengan Akurat: Nama, tanggal lahir, alamat, nomor induk (jika ada) - semua harus diisi dengan benar sesuai dokumen resmi (seperti KK atau akta lahir).
  • Gunakan Bahasa yang Jelas dan Formal (jika diminta): Meskipun gaya penulisan artikel ini casual, isi surat pernyataan itu sendiri harus jelas, lugas, dan formal. Hindari singkatan atau bahasa gaul.
  • Tanda Tangan Asli: Surat pernyataan memerlukan tanda tangan basah (asli). Jangan hanya diketik namanya.
  • Meterai: Jika diminta ada meterai, pastikan meterai 10.000 ditempel dan tanda tangan dibubuhkan melintasi meterai. Ini memberi kekuatan hukum pada dokumen.
  • Simpan Salinannya: Setelah ditandatangani dan diserahkan, mintalah salinan (fotokopi) surat pernyataan yang sudah lengkap (termasuk tanda tangan pihak pesantren jika ada) untuk arsip pribadi. Ini penting jika suatu saat perlu merujuk kembali pada isi surat tersebut.
  • Jangan Berbohong: Isi pernyataan harus sesuai dengan kondisi sebenarnya dan kesanggupanmu/orang tuamu. Jangan membuat pernyataan palsu karena akan berakibat buruk.

Fakta Menarik Seputar Dokumen di Lingkungan Pesantren

Di banyak pesantren, urusan administrasi dan kedisiplinan sangat diperhatikan. Dokumen seperti surat pernyataan ini bukan cuma tumpukan kertas, tapi bagian dari sistem pendidikan karakter.

  • Penanaman Kedisiplinan: Proses mengisi dan menandatangani surat pernyataan mengajarkan santri (dan orang tua) tentang pentingnya komitmen, tanggung jawab, dan konsekuensi. Ini adalah pelajaran berharga yang tidak didapatkan hanya dari buku pelajaran.
  • Transparansi Aturan: Melalui surat pernyataan, pesantren memastikan bahwa semua pihak tahu dan setuju dengan aturan main yang ada. Ini meminimalkan potensi konflik atau kesalahpahaman di kemudian hari.
  • Arsip Penting: Surat pernyataan ini menjadi bagian dari arsip santri. Rekam jejak santri, termasuk ketaatannya pada peraturan, bisa terlihat dari dokumen-dokumen seperti ini.
  • Variasi Antar Pesantren: Bentuk dan isi surat pernyataan bisa sangat bervariasi antara satu pesantren dengan pesantren lain. Pesantren yang fokus pada tahfidz (hafalan Quran) mungkin punya poin pernyataan khusus terkait target hafalan, sementara pesantren yang fokus pada kitab kuning punya pernyataan terkait kepatuhan pada jadwal sorogan (mengaji kitab).

Surat pernyataan, sekilas terlihat sepele, tapi di lingkungan pesantren, dokumen ini punya peran penting dalam membangun ekosistem pendidikan yang tertib, bertanggung jawab, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang diajarkan. Memahaminya bukan hanya soal mengisi formulir, tapi soal memahami budaya dan nilai yang dijunjung di pesantren.


Nah, itu dia beberapa contoh dan penjelasan seputar surat pernyataan yang biasa ada di pondok pesantren. Semoga bermanfaat ya buat kamu yang sedang mencari info ini, baik sebagai calon santri, orang tua, atau pengurus pesantren.

Punya pengalaman atau pertanyaan seputar surat pernyataan di pesantren? Yuk, share di kolom komentar di bawah! Kita diskusi bareng.

Posting Komentar