Mau Buat Surat Perjanjian Success Fee? Panduan Lengkap & Contohnya!

Table of Contents

Surat Perjanjian Success Fee atau perjanjian imbalan berbasis keberhasilan adalah dokumen krusial dalam berbagai transaksi bisnis, terutama di mana pembayaran jasa atau komisi hanya diberikan jika hasil atau target tertentu tercapai. Konsep ini sering dipakai dalam dunia properti, merger & acquisition (M&A), konsultasi, atau bahkan dalam beberapa kasus hukum. Perjanjian ini memastikan bahwa pemberi jasa (misalnya agen properti, konsultan M&A, atau broker) sangat termotivasi untuk mencapai target yang disepakati, karena bayarannya bergantung pada kesuksesan. Bagi klien, perjanjian ini juga menguntungkan karena mereka hanya mengeluarkan biaya signifikan setelah hasil yang diinginkan benar-benar terwujud. Tanpa surat perjanjian tertulis yang jelas, potensi sengketa sangat besar, mulai dari definisi “sukses” itu sendiri hingga besaran dan waktu pembayaran fee. Oleh karena itu, menyusun surat perjanjian ini dengan teliti itu penting banget.

contoh surat perjanjian success fee
Image just for illustration

Mengapa Perlu Surat Perjanjian Success Fee?

Memiliki surat perjanjian success fee yang formal dan tertulis bukan sekadar formalitas, tapi kebutuhan mutlak. Pertama, perjanjian ini memberikan kepastian hukum bagi kedua belah pihak. Semua syarat dan ketentuan, hak dan kewajiban, serta definisi “sukses” tercatat jelas di atas kertas. Ini menghindari kesalahpahaman yang bisa timbul dari perjanjian lisan atau kesepahaman yang tidak rinci.

Kedua, dokumen ini berfungsi sebagai bukti yang sah jika di kemudian hari terjadi sengketa. Kalau ada perselisihan mengenai apakah “sukses” sudah tercapai, berapa jumlah fee yang harus dibayar, atau kapan pembayarannya dilakukan, surat perjanjian inilah yang akan menjadi acuan utama dalam penyelesaian masalah, baik melalui negosiasi, mediasi, maupun jalur hukum. Ketiga, perjanjian ini secara profesional mencerminkan keseriusan dan komitmen kedua pihak dalam mencapai tujuan bersama, membangun kepercayaan antara klien dan penyedia jasa.

Komponen Penting dalam Surat Perjanjian Success Fee

Sebuah surat perjanjian success fee yang baik harus mencakup beberapa elemen kunci agar kuat dan tidak menimbulkan ambiguitas. Setiap bagian memiliki peran spesifik dalam mendefinisikan kerangka kerja perjanjian. Mari kita bedah satu per satu komponen penting ini. Memahami setiap komponen ini akan membantu Anda menyusun atau meninjau surat perjanjian Anda sendiri.

Identitas Para Pihak

Bagian paling awal dari perjanjian adalah mengidentifikasi siapa saja yang terikat dalam perjanjian ini. Jelaskan secara lengkap nama, alamat, nomor identitas (KTP/Paspor), dan jika berupa badan hukum, sebutkan nama perusahaan, bentuk badan hukum (PT, CV, dll.), alamat kantor, dan nama serta jabatan orang yang berhak mewakili. Pastikan identitas ini ditulis dengan benar dan akurat untuk menghindari masalah di kemudian hari terkait subjek perjanjian. Kelengkapan identitas ini penting banget sebagai fondasi awal legalitas perjanjian.

Latar Belakang dan Tujuan Perjanjian

Bagian ini menjelaskan secara singkat mengapa perjanjian ini dibuat. Sebutkan jasa apa yang akan diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain, dan tujuan spesifik apa yang ingin dicapai oleh klien. Misalnya, “Pihak Pertama (Klien) membutuhkan jasa Pihak Kedua (Konsultan M&A) untuk membantu proses akuisisi perusahaan X” atau “Pihak Pertama (Pemilik Properti) menugaskan Pihak Kedua (Agen Properti) untuk mencari pembeli properti di alamat Y”. Ini memberikan konteks yang jelas mengenai ruang lingkup dan maksud dari kesepakatan yang dibuat.

Definisi “Kesuksesan”

Ini adalah jantung dari perjanjian success fee. Bagian ini harus mendefinisikan dengan sangat jelas, spesifik, dan terukur kondisi atau hasil seperti apa yang dianggap sebagai “Kesuksesan”. Kesuksesan tidak boleh ambigu atau multi-interpretasi. Jika “sukses” adalah penjualan properti, jelaskan properti yang mana, harga minimal berapa, dan kapan transaksi tersebut dianggap sah dan lunas.

Jika “sukses” adalah mendapatkan pendanaan investasi, sebutkan jumlah minimal pendanaan yang didapat, dari investor yang mana (jika spesifik), dan pada tahap apa (misalnya, dana cair ke rekening perusahaan). Kejelasan di sini sangat penting untuk menghindari sengketa di masa depan. Gunakan parameter yang bisa diverifikasi dan tidak bisa ditawar lagi begitu tercapai.

Besaran dan Metode Perhitungan Success Fee

Setelah “sukses” terdefinisi, selanjutnya adalah menentukan berapa besaran fee yang akan dibayarkan jika kesuksesan itu tercapai. Besaran fee ini bisa berupa persentase dari nilai transaksi (misalnya, 2% dari nilai akuisisi, 3% dari harga jual properti) atau bisa juga berupa jumlah tetap (misalnya, Rp 100.000.000,- untuk keberhasilan mendapatkan izin tertentu). Jelaskan juga basis perhitungan persentasenya secara rinci (apakah dari nilai kotor, nilai bersih, atau dasar lainnya).

Jika ada potensi penambahan biaya lain di luar success fee (misalnya biaya operasional atau biaya tak terduga), sebaiknya diatur juga dalam perjanjian ini atau dalam perjanjian terpisah (misalnya perjanjian jasa konsultasi awal), namun pastikan pembagian biaya mana yang masuk success fee dan mana yang bukan itu jelas. Transparansi dalam perhitungan akan mencegah keraguan.

Jadwal dan Cara Pembayaran Fee

Kapan success fee itu harus dibayar setelah “kesuksesan” tercapai? Bagian ini mengatur jangka waktu pembayaran (misalnya, dalam waktu 7 hari kerja setelah dokumen kesuksesan ditandatangani atau setelah dana diterima). Jelaskan juga metode pembayarannya (transfer bank, cek, dll.) dan ke rekening bank mana pembayaran harus dilakukan. Jangan lupa cantumkan rincian rekening bank penerima dengan benar.

Jika ada kondisi tertentu yang menunda pembayaran (misalnya, menunggu dana dari pihak ketiga cair), sebutkan kondisi tersebut secara eksplisit. Kejelasan jadwal pembayaran ini penting untuk likuiditas pihak penerima fee.

Hak dan Kewajiban Para Pihak

Sebutkan secara spesifik apa saja yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak selama proses perjanjian berlangsung hingga success fee dibayarkan. Contoh kewajiban klien: menyediakan data yang relevan, tidak bernegosiasi langsung dengan pihak ketiga yang diperkenalkan oleh penyedia jasa tanpa melibatkan penyedia jasa, membayar fee tepat waktu jika sukses tercapai. Contoh kewajiban penyedia jasa: melakukan upaya terbaik untuk mencapai kesuksesan, menjaga kerahasiaan informasi klien, melaporkan perkembangan secara berkala. Hak dari satu pihak biasanya adalah kewajiban dari pihak lain. Bagian ini mendetailkan peran masing-masing agar tidak ada tumpang tindih atau kelalaian tugas.

Jangka Waktu Perjanjian

Sampai kapan perjanjian success fee ini berlaku? Tentukan tanggal mulai dan tanggal berakhirnya perjanjian. Misalnya, perjanjian berlaku selama 12 bulan sejak ditandatangani, atau sampai kesuksesan tercapai, mana saja yang lebih dulu. Atur juga apakah perjanjian ini bisa diperpanjang dan bagaimana mekanismenya. Jangka waktu ini penting agar kedua pihak memiliki batasan waktu yang jelas untuk mencapai target. Kalau dalam jangka waktu tersebut sukses tidak tercapai, perjanjian bisa berakhir (meskipun biasanya ada klausul yang mengatur jika proses sudah berjalan mendekati sukses saat perjanjian berakhir).

Klausul Kerahasiaan (Confidentiality)

Dalam banyak kasus success fee, informasi yang dibagikan antara klien dan penyedia jasa seringkali bersifat sensitif dan rahasia (strategi bisnis, data keuangan, informasi target transaksi, dll.). Klausul kerahasiaan mewajibkan kedua belah pihak (atau setidaknya pihak yang menerima informasi rahasia) untuk menjaga kerahasiaan informasi tersebut dan tidak menyebarkannya kepada pihak ketiga yang tidak berkepentingan. Atur juga berapa lama kewajiban kerahasiaan ini berlaku, bahkan setelah perjanjian berakhir. Ini melindungi kepentingan bisnis kedua pihak.

Penyelesaian Sengketa

Bagaimana jika terjadi perselisihan atau sengketa antara para pihak terkait perjanjian ini? Bagian ini harus menjelaskan mekanisme penyelesaian sengketa. Pilih apakah sengketa akan diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat terlebih dahulu. Jika tidak berhasil, tentukan jalur berikutnya: mediasi, arbitrase, atau litigasi di pengadilan negeri. Sebutkan lokasi pengadilan negeri mana yang akan dipilih jika menempuh jalur litigasi (misalnya, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan). Memiliki klausul ini memberikan panduan langkah-langkah penyelesaian jika terjadi masalah, menghindari ketidakpastian hukum.

Hukum yang Berlaku

Tentukan hukum negara mana yang akan digunakan sebagai dasar interpretasi dan pelaksanaan perjanjian ini. Karena Anda membuat perjanjian di Indonesia, sebutkan bahwa perjanjian ini tunduk pada hukum Negara Republik Indonesia. Ini penting untuk memastikan dasar hukum yang jelas dalam penyelesaian sengketa.

Penutup dan Tanda Tangan

Akhiri perjanjian dengan menyatakan bahwa para pihak telah membaca, memahami, dan menyetujui isi perjanjian ini, serta menandatanganinya tanpa paksaan. Beri ruang untuk tanda tangan para pihak, nama lengkap, jabatan (jika ada), dan tanggal penandatanganan. Bubuhkan juga materai yang cukup sesuai ketentuan yang berlaku agar perjanjian memiliki kekuatan hukum sebagai alat bukti di pengadilan.

Contoh Struktur Surat Perjanjian Success Fee (Bukan Template Lengkap)

Berikut adalah gambaran struktur umum dari surat perjanjian success fee. Ingat, ini bukan template yang tinggal isi, tapi kerangka yang menjelaskan bagian-bagiannya. Anda harus menyesuaikannya dengan detail transaksi spesifik Anda.

SURAT PERJANJIAN SUCCESS FEE

Nomor: [Nomor Unik Perjanjian, jika ada]

Pada hari ini, [Hari], tanggal [Tanggal] bulan [Bulan] tahun [Tahun], bertempat di [Lokasi Penandatanganan], kami yang bertanda tangan di bawah ini:

  1. Nama : [Nama Lengkap Pihak Pertama/Klien]
    Alamat : [Alamat Lengkap]
    Nomor Identitas : [Nomor KTP/Paspor]
    Bertindak atas nama diri sendiri / selaku [Jabatan, jika badan hukum] dari [Nama Badan Hukum, jika ada] yang berkedudukan di [Alamat Badan Hukum].
    Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

  2. Nama : [Nama Lengkap Pihak Kedua/Penyedia Jasa]
    Alamat : [Alamat Lengkap]
    Nomor Identitas : [Nomor KTP/Paspor]
    Bertindak atas nama diri sendiri / selaku [Jabatan, jika badan hukum] dari [Nama Badan Hukum, jika ada] yang berkedudukan di [Alamat Badan Hukum].
    Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai PARA PIHAK.

LATAR BELAKANG
[Jelaskan secara singkat kebutuhan PIHAK PERTAMA dan jasa yang akan diberikan oleh PIHAK KEDUA untuk mencapai tujuan tersebut.]
Contoh: “PIHAK PERTAMA memiliki properti berupa [Jenis Properti] di alamat [Alamat Properti] dan berkeinginan untuk menjual properti tersebut. PIHAK KEDUA adalah [Profesi/Jenis Usaha] yang memiliki keahlian dan jaringan dalam pemasaran dan penjualan properti. Berdasarkan latar belakang tersebut, PARA PIHAK sepakat untuk membuat Perjanjian Success Fee dengan ketentuan sebagai berikut:”

PASAL 1 - TUJUAN PERJANJIAN
[Rumuskan tujuan spesifik dari perjanjian ini, misalnya “Membantu PIHAK PERTAMA dalam penjualan Properti yang dijelaskan dalam Latar Belakang.”]

PASAL 2 - DEFINISI “KESUKSESAN”
[Jelaskan dengan sangat rinci dan terukur apa yang dimaksud dengan “Kesuksesan” dalam perjanjian ini. Ini pasal terpenting!]
Contoh: “Yang dimaksud dengan “Kesuksesan” dalam Perjanjian ini adalah terjadinya Akta Jual Beli (AJB) atas Properti sebagaimana dijelaskan dalam Latar Belakang antara PIHAK PERTAMA dengan pihak ketiga yang diperkenalkan oleh PIHAK KEDUA, dengan harga minimal sebesar Rp [Nominal Harga Minimal], dan PIHAK PERTAMA telah menerima pembayaran lunas sesuai dengan harga yang disepakati dalam AJB.”

PASAL 3 - RUANG LINGKUP JASA PIHAK KEDUA
[Sebutkan secara jelas tugas dan upaya apa saja yang akan dilakukan oleh PIHAK KEDUA untuk mencapai “Kesuksesan”.]
Contoh: “PIHAK KEDUA setuju untuk melakukan upaya-upaya terbaik, termasuk namun tidak terbatas pada: melakukan pemasaran properti, mencari calon pembeli yang potensial, memfasilitasi negosiasi antara PIHAK PERTAMA dan calon pembeli, serta membantu kelancaran proses administrasi hingga penandatanganan AJB.”

PASAL 4 - BESARAN DAN PERHITUNGAN SUCCESS FEE
[Sebutkan besaran fee dan bagaimana cara menghitungnya.]
Contoh: “Jika ‘Kesuksesan’ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercapai, maka PIHAK PERTAMA wajib membayar Success Fee kepada PIHAK KEDUA sebesar [Persentase]% (persen) dari [Dasar Perhitungan Fee, contoh: Nilai Transaksi yang tertera dalam AJB].”
Contoh Lain: “Jika ‘Kesuksesan’ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercapai, maka PIHAK PERTAMA wajib membayar Success Fee kepada PIHAK KEDUA sebesar Rp [Nominal Tetap] ([Terbilang Nominal]) secara bruto.”

PASAL 5 - JADWAL DAN CARA PEMBAYARAN
[Atur kapan dan bagaimana fee dibayar.]
Contoh: “Success Fee sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA secara penuh dalam waktu paling lambat [Jumlah] ([Terbilang]) hari kerja sejak tanggal [Momen Pembayaran, contoh: Akta Jual Beli ditandatangani dan seluruh pembayaran dari pembeli telah diterima lunas oleh PIHAK PERTAMA].”
“Pembayaran dilakukan melalui transfer bank ke rekening PIHAK KEDUA pada Bank [Nama Bank] Nomor Rekening [Nomor Rekening] atas nama [Nama Pemilik Rekening].”

PASAL 6 - HAK DAN KEWAJIBAN
[Rinci hak dan kewajiban masing-masing pihak.]
Contoh Hak PIHAK PERTAMA: “Menerima laporan berkala dari PIHAK KEDUA.” Kewajiban PIHAK PERTAMA: “Menyediakan akses ke properti untuk survei calon pembeli.”
Contoh Hak PIHAK KEDUA: “Menerima informasi dan dokumen yang relevan dari PIHAK PERTAMA.” Kewajiban PIHAK KEDUA: “Menjaga nama baik PIHAK PERTAMA selama proses pemasaran.”

PASAL 7 - JANGKA WAKTU PERJANJIAN
[Atur durasi berlakunya perjanjian.]
Contoh: “Perjanjian ini berlaku sejak tanggal penandatanganan hingga [Tanggal Akhir Spesifik] atau sampai ‘Kesuksesan’ tercapai, mana saja yang lebih dulu.”

PASAL 8 - KERAHASIAAN
[Klausul menjaga kerahasiaan informasi.]
Contoh: “PARA PIHAK setuju untuk menjaga kerahasiaan segala informasi yang diperoleh terkait pelaksanaan Perjanjian ini, baik selama masa berlaku Perjanjian maupun setelah berakhirnya Perjanjian, kecuali diwajibkan oleh hukum atau persetujuan tertulis PARA PIHAK.”

PASAL 9 - PENYELESAIAN SENGKETA
[Mekanisme jika terjadi perselisihan.]
Contoh: “Setiap sengketa yang timbul dari atau sehubungan dengan Perjanjian ini akan diselesaikan terlebih dahulu secara musyawarah untuk mufakat. Apabila tidak tercapai mufakat dalam waktu [Jumlah] hari kerja, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan sengketa melalui Pengadilan Negeri [Lokasi Pengadilan].”

PASAL 10 - HUKUM YANG BERLAKU
“Perjanjian ini diatur dan ditafsirkan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia.”

Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, ditandatangani oleh PARA PIHAK pada tanggal sebagaimana disebutkan pada awal Perjanjian ini.

PIHAK PERTAMA
[Tanda Tangan]
[Nama Lengkap]

PIHAK KEDUA
[Tanda Tangan]
[Nama Lengkap]

[Tempat untuk materai]

Tips Menyusun Surat Perjanjian Success Fee

  • Sangat Spesifik: Jangan pernah menggunakan frasa atau kalimat yang bisa diinterpretasikan ganda, terutama untuk definisi “Kesuksesan” dan metode perhitungan fee. Detail adalah kunci.
  • Libatkan Ahli Hukum: Untuk transaksi dengan nilai besar atau yang kompleks, sangat disarankan untuk melibatkan pengacara atau notaris dalam penyusunan atau setidaknya peninjauan draf perjanjian. Mereka bisa melihat potensi celah hukum yang mungkin tidak Anda sadari.
  • Diskusikan Semua Skenario: Sebelum meneken, diskusikan dengan pihak lain apa yang terjadi jika target tercapai sebagian, jika proses dihentikan di tengah jalan bukan karena kesalahan penyedia jasa, atau jika ada force majeure. Coba masukkan skenario-skenario ini ke dalam klausul yang relevan.
  • Perhatikan Detail Pembayaran: Selain besaran dan jadwal, pastikan apakah fee tersebut sudah termasuk pajak (PPN, PPh) atau belum. Siapa yang menanggung pajak tersebut? Kejelasan ini menghindari masalah di belakang hari.
  • Klausul Non-Circumvention: Dalam beberapa kasus, terutama broker atau agen, penting untuk menyertakan klausul yang melarang klien melakukan transaksi langsung dengan pihak ketiga yang diperkenalkan oleh penyedia jasa, dengan tujuan menghindari pembayaran success fee. Klausul ini sering disebut sebagai non-circumvention dan non-disclosure (NCND) agreement, dan bisa dimasukkan sebagai bagian dari perjanjian success fee atau perjanjian terpisah.
  • Evaluasi Berkala: Jika perjanjian memiliki jangka waktu panjang, mungkin perlu klausul yang memungkinkan evaluasi atau penyesuaian perjanjian jika ada perubahan signifikan dalam kondisi pasar atau tujuan.

Pertimbangan Tambahan dan Risiko

Meskipun success fee tampak ideal karena “no cure, no pay” (kalau tidak berhasil, tidak bayar), ada risiko yang melekat. Bagi penyedia jasa, risikonya adalah sudah mengeluarkan banyak waktu, tenaga, dan biaya operasional, tapi target tidak tercapai sehingga tidak ada fee sama sekali. Oleh karena itu, terkadang perjanjian success fee dikombinasikan dengan retainer fee di awal untuk menutupi biaya operasional dasar.

Bagi klien, risikonya mungkin adalah membayar fee yang sangat besar jika target tercapai dengan mudah, atau potensi konflik jika definisi sukses tidak jelas. Memahami risiko-risiko ini akan membantu dalam negosiasi klausul-klausul dalam perjanjian. Penting juga untuk memastikan bahwa upaya yang dilakukan penyedia jasa benar-benar substansial dan berkontribusi langsung pada pencapaian kesuksesan yang disepakati, bukan hanya kebetulan.

Model success fee paling populer di sektor seperti properti komersial, M&A, investasi modal ventura (venture capital), dan bisnis broker besar karena nilai transaksinya yang tinggi dan kompleksitas prosesnya. Di sektor lain, seperti konsultasi manajemen umum, model ini mungkin kurang umum atau hanya diterapkan pada bagian tertentu dari proyek.

Menyusun surat perjanjian success fee memang butuh ketelitian dan pemahaman mendalam mengenai transaksi yang mendasarinya. Dokumen ini adalah fondasi dari hubungan kerja yang adil dan transparan, di mana pembayaran benar-benar terhubung dengan hasil yang diinginkan. Jadi, jangan pernah remehkan kekuatan dan pentingnya dokumen ini.

Gimana, sudah dapat gambaran lebih jelas tentang surat perjanjian success fee? Punya pengalaman seru atau tantangan saat menyusun perjanjian seperti ini? Bagikan ceritamu di kolom komentar di bawah ya!

Posting Komentar