Wajib Tahu! Contoh Surat Perjanjian Anti Selingkuh yang Ampuh & Cara Membuatnya
Surat perjanjian tidak selingkuh? Mungkin kedengarannya aneh atau bahkan nggak biasa buat sebagian orang. Tapi, dalam realitanya, ada lho pasangan yang memilih untuk membuat komitmen tertulis semacam ini. Alasan di baliknya bisa bermacam-macam, mulai dari adanya isu kepercayaan di masa lalu, keinginan untuk memperkuat komitmen, sampai sekadar butuh rasa aman tambahan dalam hubungan.
Membuat surat perjanjian ini bukan berarti hubungan kalian nggak sehat atau nggak percaya satu sama lain sepenuhnya. Kadang, ini cuma cara konkret buat menunjukkan keseriusan dan tanggung jawab terhadap hubungan yang sedang dijalani. Ibarat janji, tapi dituangkan dalam bentuk tulisan yang formal.
Mengapa Orang Membuat Surat Perjanjian Ini?¶
Ada beberapa alasan utama kenapa sepasang kekasih atau suami istri memutuskan untuk membuat surat perjanjian semacam ini. Yang paling umum sih biasanya terkait dengan isu kepercayaan. Mungkin salah satu pihak pernah dikhianati sebelumnya, baik oleh pasangan yang sekarang atau di hubungan sebelumnya, sehingga butuh semacam jaminan.
Alasan lain bisa karena adanya situasi atau kondisi yang berpotensi memicu perselingkuhan, misalnya tuntutan pekerjaan yang mengharuskan sering bepergian jauh, atau pergaulan sosial yang sangat luas. Dengan adanya perjanjian ini, diharapkan kedua belah pihak jadi lebih aware dan menjaga diri. Intinya, ini adalah upaya preventif dan afirmatif untuk melindungi hubungan.
Surat ini juga bisa jadi cara untuk menetapkan ekspektasi yang jelas dalam hubungan. Apa saja sih yang dianggap sebagai “selingkuh” dalam hubungan ini? Apa konsekuensinya kalau sampai terjadi? Hal-hal ini seringkali cuma jadi asumsi, padahal penting banget buat dibicarakan dan disepakati bersama.
Image just for illustration
Apakah Surat Perjanjian Ini Sah Secara Hukum?¶
Nah, ini pertanyaan penting. Secara umum, surat perjanjian tidak selingkuh antara pasangan kekasih atau suami istri (jika bukan bagian dari perjanjian pranikah yang spesifik mengatur harta atau hak asuh terkait perpisahan akibat perselingkuhan) mungkin tidak memiliki kekuatan hukum yang kuat di pengadilan Indonesia seperti halnya kontrak bisnis. Pengadilan biasanya melihatnya lebih sebagai perjanjian moral atau etika.
Namun, bukan berarti surat ini sepenuhnya nggak berguna lho. Di mata hukum, ini bisa menjadi bukti adanya kesepakatan atau pengakuan dari kedua belah pihak mengenai suatu komitmen. Dalam kasus perceraian misalnya, adanya surat ini bisa menjadi pertimbangan tambahan bagi hakim, terutama jika di dalamnya ada klausul mengenai konsekuensi tertentu yang disepakati (meski eksekusi konsekuensi tersebut tetap bergantung pada undang-undang yang berlaku, seperti UU Perkawinan).
Fungsi terkuat dari surat ini justru seringkali bersifat psikologis dan relasional. Ini adalah simbol komitmen yang serius, pengingat bagi kedua pihak, dan cara untuk membangun rasa aman (meski kadang semu jika tanpa dibarengi perbaikan komunikasi dan kepercayaan mendasar). Ini bukan “senjata” hukum, tapi lebih ke “ikrar” yang diformalkan.
Komponen Penting dalam Surat Perjanjian Tidak Selingkuh¶
Kalau kamu dan pasangan serius mempertimbangkan membuat surat seperti ini, ada beberapa komponen kunci yang wajib ada agar isinya jelas dan nggak ambigu.
1. Identitas Pihak yang Bersepakat¶
Ini dasar banget. Harus jelas siapa saja yang membuat perjanjian ini. Cantumkan nama lengkap, nomor identitas (KTP/Paspor), alamat, dan informasi kontak lainnya. Pastikan kedua belah pihak memang individu yang sah dan cakap secara hukum untuk membuat perjanjian.
2. Pernyataan Kesepakatan¶
Di bagian awal, perlu ada kalimat tegas yang menyatakan bahwa kedua belah pihak secara sadar dan tanpa paksaan bersepakat untuk tidak melakukan perselingkuhan dalam hubungan mereka. Jelaskan konteks hubungannya, apakah ini perjanjian antar kekasih, tunangan, atau suami istri.
3. Definisi “Selingkuh”¶
Ini PENTING banget dan sering jadi sumber masalah kalau nggak disepakati. Selingkuh itu buat kamu dan pasangan apa definisinya? Apakah cuma hubungan fisik? Termasuk emotional affair (hubungan emosional yang mendalam dengan orang lain)? Apakah interaksi berlebihan di media sosial dengan lawan jenis juga masuk kategori? Perluasan definisinya bisa sangat bervariasi antar pasangan.
Contohnya:
* Melakukan hubungan seksual dengan orang lain selain pasangan sah/resmi.
* Membangun kedekatan emosional yang intens dan rahasia dengan orang lain.
* Melakukan komunikasi (telepon, chat, dll.) yang bersifat romantis atau seksual dengan orang lain.
* Berkencan atau menghabiskan waktu berdua secara intimate dengan orang lain tanpa sepengetahuan dan persetujuan pasangan.
Definisikan sejelas mungkin sesuai batasan dan kesepakatan kalian. Jangan sampai ada salah paham di kemudian hari gara-gara definisi ini nggak sinkron.
4. Konsekuensi Pelanggaran¶
Apa yang akan terjadi jika salah satu pihak melanggar perjanjian ini? Ini juga harus disepakati bersama. Konsekuensinya bisa macam-macam, mulai dari:
* Permohonan maaf tertulis.
* Melakukan konseling pasangan.
* Menyerahkan aset tertentu (jika ini perjanjian suami istri dan diatur dalam konteks hukum harta gono-gini, meskipun implementasinya rumit dan harus sesuai UU).
* Kesediaan untuk mengakhiri hubungan (putus/cerai).
* Denda finansial (lagi-lagi, ini sangat sulit dieksekusi secara hukum murni berdasarkan surat ini saja, tapi bisa jadi tekanan moral).
Penting untuk diingat, konsekuensi ini harus realistis dan disepakati bersama. Jangan sampai memberatkan sebelah pihak atau nggak mungkin dilakukan.
5. Jangka Waktu Perjanjian¶
Apakah perjanjian ini berlaku selamanya selama hubungan berlangsung? Atau ada jangka waktu tertentu, misalnya untuk masa pacaran sebelum menikah? Kebanyakan sih perjanjian semacam ini dimaksudkan berlaku selama hubungan itu ada. Tapi, kalau mau spesifik, bisa dicantumkan.
6. Hal-hal Lain yang Relevan¶
Bisa ditambahkan klausul lain yang dianggap penting, misalnya:
* Perjanjian ini dibuat tanpa paksaan dari pihak manapun.
* Kedua belah pihak memahami isi dan konsekuensi perjanjian ini.
* Mekanisme penyelesaian sengketa jika terjadi perselisihan terkait perjanjian ini (misal, mediasi).
7. Penutup dan Tanda Tangan¶
Bagian akhir berisi tanggal pembuatan perjanjian, tempat dibuatnya perjanjian, dan tanda tangan kedua belah pihak di atas materai yang cukup. Keberadaan saksi (misalnya orang tua, teman dekat yang dipercaya, atau penasihat agama/konselor) juga bisa ditambahkan untuk memperkuat nilai moral dan sosial dari perjanjian ini.
Contoh Surat Perjanjian Tidak Selingkuh¶
Oke, sekarang kita masuk ke bagian yang paling ditunggu: contoh template surat perjanjiannya. Ingat ya, ini cuma template atau contoh. Kamu dan pasangan wajib menyesuaikan isinya dengan kesepakatan spesifik kalian, terutama di bagian definisi selingkuh dan konsekuensinya.
SURAT PERJANJIAN UNTUK TIDAK MELAKUKAN PERSINGKUHAN
Pada hari ini, [Hari], tanggal [Tanggal] bulan [Bulan] tahun [Tahun], kami yang bertanda tangan di bawah ini:
-
Nama Lengkap : [Nama Lengkap Pihak Pertama]
Tempat, Tanggal Lahir : [Tempat, Tgl Lahir Pihak Pertama]
Nomor Identitas (KTP/Paspor) : [Nomor Identitas Pihak Pertama]
Alamat Lengkap : [Alamat Lengkap Pihak Pertama]
Telepon/Email : [Kontak Pihak Pertama]
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA. -
Nama Lengkap : [Nama Lengkap Pihak Kedua]
Tempat, Tanggal Lahir : [Tempat, Tgl Lahir Pihak Kedua]
Nomor Identitas (KTP/Paspor) : [Nomor Identitas Pihak Kedua]
Alamat Lengkap : [Alamat Lengkap Pihak Kedua]
Telepon/Email : [Kontak Pihak Kedua]
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Dengan ini menyatakan bahwa kami adalah pasangan kekasih/suami istri yang sah, dan secara sadar, sukarela, serta tanpa adanya paksaan maupun tekanan dari pihak manapun, telah bersepakat untuk membuat perjanjian ini dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1: Tujuan Perjanjian
Perjanjian ini dibuat dengan tujuan untuk memperkuat komitmen, menjaga kesetiaan, dan membangun kepercayaan penuh di antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam menjalin hubungan [sebutkan: pacaran/pertunangan/pernikahan] yang harmonis dan bahagia.
Pasal 2: Pernyataan Kesetiaan
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dengan ini berjanji dan menyatakan komitmen untuk saling setia hanya kepada satu sama lain dan tidak akan melakukan perbuatan perselingkuhan dalam bentuk apapun, kapanpun, dan di manapun, selama hubungan ini masih berlangsung.
Pasal 3: Definisi Perselingkuhan
Yang dimaksud dengan “Perselingkuhan” dalam perjanjian ini meliputi, namun tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan hubungan seksual dalam bentuk apapun dengan orang lain selain pasangan sah (PIHAK KEDUA bagi PIHAK PERTAMA, dan PIHAK PERTAMA bagi PIHAK KEDUA).
b. Membangun atau memelihara hubungan emosional yang mendalam, romantis, atau intim dengan orang lain yang melampaui batas wajar pertemanan dan dilakukan secara rahasia dari pasangan.
c. Melakukan komunikasi (baik melalui telepon, pesan teks, media sosial, surat, atau sarana komunikasi lainnya) yang berisi unsur rayuan, godaan, pernyataan cinta, atau bersifat seksual/romantis dengan orang lain.
d. Menghabiskan waktu berdua (kencan, makan malam, bepergian, dll.) dengan orang lain secara intimate tanpa sepengetahuan atau persetujuan terbuka dari pasangan.
e. Mencari, mendekati, atau memberikan perhatian romantis/seksual kepada orang lain dengan niat untuk membangun hubungan di luar hubungan sah/resmi.
f. [Tambahkan poin lain yang disepakati bersama, misalnya: Menyimpan rahasia signifikan terkait interaksi dengan lawan jenis yang dapat mengganggu kepercayaan.]
Pasal 4: Konsekuensi Pelanggaran
Apabila salah satu pihak, baik PIHAK PERTAMA maupun PIHAK KEDUA, terbukti melanggar salah satu atau lebih ketentuan yang tercantum dalam Pasal 3 Perjanjian ini, maka pihak yang melanggar bersedia menerima konsekuensi sebagai berikut:
a. Memberikan permohonan maaf secara tulus dan tertulis kepada pihak yang dirugikan.
b. Bersedia untuk secara aktif mengikuti sesi konseling pasangan bersama dengan pihak yang dirugikan, dengan konselor yang disepakati bersama.
c. [Contoh konsekuensi lain, sesuaikan kesepakatan:]
* Bersedia menyerahkan hak atas [sebutkan aset, contoh: kendaraan bermotor X / barang berharga Y] kepada pihak yang dirugikan (Perlu dicatat, klausul ini mungkin sulit dieksekusi secara hukum murni berdasarkan surat ini tanpa didukung perjanjian hukum lain yang relevan, misalnya perjanjian pranikah/pascanikah yang mengaturnya).
* Bersedia mengakhiri hubungan [sebutkan: pacaran/pertunangan/pernikahan] dengan itikad baik.
* [Tambahkan konsekuensi lain yang disepakati bersama dan realistis.]
Pasal 5: Jangka Waktu Perjanjian
Perjanjian ini mulai berlaku sejak ditandatangani oleh kedua belah pihak dan akan terus berlaku selama hubungan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA masih berlangsung atau hingga adanya pembatalan perjanjian ini secara tertulis yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Pasal 6: Penyelesaian Sengketa
Apabila di kemudian hari timbul perselisihan atau perbedaan pendapat terkait pelaksanaan atau penafsiran perjanjian ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Jika musyawarah tidak mencapai titik temu, kedua belah pihak dapat menempuh jalur mediasi dengan pihak ketiga yang netral dan dipercaya.
Pasal 7: Penutup
Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) asli yang bermaterai cukup dan memiliki kekuatan hukum yang sama, satu rangkap untuk PIHAK PERTAMA dan satu rangkap untuk PIHAK KEDUA. Masing-masing pihak menyatakan telah membaca, memahami, dan menyetujui seluruh isi perjanjian ini dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.
Dibuat di : [Tempat Pembuatan Perjanjian]
Pada tanggal : [Tanggal Pembuatan Perjanjian]
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
[Tanda Tangan di atas Materai] [Tanda Tangan di atas Materai]
[Nama Lengkap PIHAK PERTAMA] [Nama Lengkap PIHAK KEDUA]
Saksi-saksi (jika ada):
-
[Nama Saksi 1] (____________)
-
[Nama Saksi 2] (____________)
Pro dan Kontra Membuat Perjanjian Ini¶
Meskipun terdengar sebagai solusi “pasti”, membuat surat perjanjian tidak selingkuh ini punya sisi positif dan negatifnya lho.
Pro:
- Kejelasan Ekspektasi: Ini memaksa kedua belah pihak untuk duduk bareng dan mendefinisikan apa itu selingkuh bagi mereka, serta apa yang mereka harapkan satu sama lain.
- Rasa Aman (Sementara): Bagi pihak yang insecure atau pernah dikhianati, adanya dokumen ini bisa memberikan rasa aman tambahan, meskipun sifatnya lebih ke mental.
- Penguatan Komitmen: Proses pembuatan dan penandatanganan bisa jadi momen serius untuk menegaskan kembali komitmen terhadap hubungan.
- Pengingat: Surat ini bisa jadi pengingat fisik akan janji setia yang telah diucapkan, terutama saat godaan datang.
Kontra:
- Menunjukkan Kurangnya Kepercayaan: Fakta bahwa perjanjian tertulis ini dibutuhkan bisa mengindikasikan bahwa dasar kepercayaan dalam hubungan masih rapuh. Kepercayaan sejati seharusnya tumbuh dari hati, bukan dipaksa kontrak.
- Potensi Ketegangan: Diskusi tentang “definisi selingkuh” dan “konsekuensi” bisa jadi sangat sensitif dan malah menimbulkan konflik.
- Tidak Menggantikan Komunikasi: Surat ini nggak akan pernah bisa menggantikan komunikasi yang terbuka, jujur, dan empati dalam hubungan.
- Kekuatan Hukum yang Terbatas: Seperti dibahas sebelumnya, kekuatan hukumnya nggak sekuat perjanjian bisnis. Jangan berharap ini bisa jadi “senjata” pamungkas di pengadilan.
- Bisa Jadi Cuma Kertas: Kalau komitmen dan niat baik nggak ada, surat ini cuma jadi selembar kertas tanpa makna mendalam.
Alternatif Selain Surat Perjanjian¶
Kalau kamu merasa surat perjanjian ini terlalu formal atau malah bikin nggak nyaman, ada banyak cara lain yang lebih organik untuk membangun dan menjaga kesetiaan serta kepercayaan dalam hubungan:
- Komunikasi Terbuka dan Jujur: Ini kunci utamanya. Bicarakan perasaan, kekhawatiran, ekspektasi, dan batasan masing-masing secara rutin dan terbuka. Jangan memendam!
- Membangun Kualitas Hubungan: Habiskan waktu berkualitas bersama, tunjukkan perhatian, hargai pasangan, jadikan hubungan prioritas. Hubungan yang kuat dari dalam cenderung lebih tahan terhadap godaan.
- Konseling Pasangan: Jika ada isu kepercayaan atau kesulitan komunikasi, konseling profesional bisa sangat membantu. Terapis bisa memfasilitasi percakapan sulit dan mengajarkan skill komunikasi yang lebih baik.
- Menetapkan Batasan Pribadi dan Sosial: Sepakati bersama batasan-batasan interaksi dengan lawan jenis di luar hubungan. Ini nggak harus tertulis, tapi disepakati secara verbal dan dijalankan dengan konsisten.
- Fokus pada Kepercayaan: Alih-alih mencoba mencegah perselingkuhan dengan aturan, fokuslah pada membangun kepercayaan. Ini proses dua arah yang butuh waktu dan konsistensi.
Memilih jalur mana itu kembali lagi ke dinamika hubunganmu dan pasangan. Yang terpenting adalah kalian berdua merasa nyaman dan sepakat dengan cara yang diambil untuk menjaga kesetiaan.
Fakta Menarik Seputar Kepercayaan dan Perselingkuhan¶
Hubungan manusia itu kompleks lho, guys. Ada beberapa fakta menarik terkait isu kepercayaan dan perselingkuhan:
- Studi menunjukkan bahwa salah satu faktor risiko terbesar perselingkuhan adalah ketidakpuasan dalam hubungan utama. Ini menekankan pentingnya terus merawat dan memperbaiki hubungan dari dalam.
- Emotional affair kadang dianggap lebih merusak daripada perselingkuhan fisik oleh beberapa orang, karena melibatkan pengkhianatan emosional yang mendalam.
- Kepercayaan dalam hubungan itu ibarat kaca, sekali pecah susah banget untuk utuh seperti semula. Kalaupun bisa diperbaiki, retaknya tetap ada.
- Zaman digital ini bikin godaan makin mudah diakses. Interaksi online yang awalnya cuma iseng bisa berkembang jadi sesuatu yang mengancam hubungan, ini juga perlu diwaspadai.
- Komunikasi yang buruk atau kurangnya perhatian adalah alasan umum yang sering disebut sebagai pemicu seseorang mencari kenyamanan di luar hubungan.
Tips Jika Memutuskan Membuat Perjanjian¶
Kalau setelah menimbang plus minusnya, kamu dan pasangan tetap merasa surat perjanjian ini adalah langkah yang tepat, ini beberapa tipsnya:
- Lakukan dengan Komunikasi Terbuka: Jangan tiba-tiba menyodorkan draf surat. Diskusikan dulu baik-baik mengapa kalian merasa ini perlu, apa harapan masing-masing.
- Sepakati Bersama Isinya: Jangan ada pihak yang mendominasi. Setiap pasal, terutama definisi selingkuh dan konsekuensi, harus disepakati bersama dan terasa adil bagi keduanya.
- Gunakan Bahasa yang Jelas dan Ringkas: Hindari kalimat yang multi-tafsir. Buat definisinya sejelas mungkin.
- Fokus pada Komitmen, Bukan Hukuman: Meskipun ada klausul konsekuensi, niat utamanya haruslah memperkuat komitmen, bukan menciptakan dokumen untuk menghukum pasangan.
- Libatkan Saksi (Jika Perlu): Adanya saksi bisa menambah bobot moral dari perjanjian ini.
- Simpan Dokumennya dengan Baik: Simpan di tempat yang aman dan mudah diakses oleh kedua belah pihak.
Intinya, surat perjanjian ini adalah alat bantu, bukan solusi ajaib. Fondasi hubungan yang kuat tetaplah cinta, rasa hormat, komunikasi, dan kepercayaan yang tulus. Surat ini bisa jadi pengingat atau rambu-rambu, tapi “mesin penggerak” hubungan tetap ada pada kalian berdua.
Bagaimana menurutmu tentang surat perjanjian semacam ini? Pernahkah kamu atau orang di sekitarmu mempertimbangkannya? Bagikan pendapat atau pengalamanmu di kolom komentar ya!
Posting Komentar